06/07/2024

Busur Mamasa

The New Mamasa Bersih Melayani

HADIRI REMBUG STUNTING PROVINSI SULBAR. DR. ZAIN: STUNTING BUKAN HANYA MENGENAI GIZI BURUK TAPI JUGA MASA DEPAN GENERASI MUDA EMAS INDONESIA

2 min read

Hadiri Rembug Stunting Provinsi Sulbar (Foto Dok. Tim Kreatif)

Busur Mamasa- Stunting bukanlah kondisi ukuran tubuh yang pendek sebagaimana dipahami oleh sebagian masyarakat awam, tetapi merupakan penyakit yang menyerang kondisi gagal tumbuh anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi penyakit berulang.

Terutama sejak dalam kandungan hingga anak usia di bawah dua tahun atau di 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Dengan persentase penurunan sebesar 4,7%, Provinsi Sulawesi Barat mencatatkan diri sebagai lima (5) provinsi dengan penurunan angka stunting tertinggi se-Indonesia.

Tren penurunan angka stunting Provinsi Sulawesi Barat tahun 2024 tersebut terungkap pada kegiatan pembukaan Rembuk Stunting yang dilaksanakan oleh TPPS Provinsi Sulawesi Barat, berlangsung di aula Puslatbang KMP LAN Makassar, Kamis (6/6/2024).

Kegiatan Rembuk Stunting yang dibuka oleh Muhammad Idris selaku Sekertaris Provinsi Sulawesi Barat, dihadiri oleh para Kepala Dinas dan pejabat Provinsi Sulawesi Barat lainnya, serta turut hadir pula Pj. Bupati Mamasa, Dr. Muhammad Zain sebagai Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Mamasa.

Sebagaimana laporan yang dipaparkan oleh Kepala Bapperida Provinsi Sulawesi Barat, Dr. Junda Maulana, M.Si terungkap mengenai angka capaian penurunan stunting di Sulawesi Barat berada diatas capaian rata-rata nasional.

Dalam laporan sebelumnya yang bersumber dari Survei Kesehatan Indonesia berbasis ePPGBM, Kab. Mamasa sendiri berhasil menekan angka stunting 5,53% yaitu 37.6% pada tahun 2023 menjadi 32.07 % pada Maret 2024.

Dalam penyampaiannya, Juanda berharap agar dalam kegiatan rembuk ini nantinya melahirkan kepastian perencanaan dan penganggaran dalam rangka perbaikan layanan terhadap indicator esensial dan suplai di provinsi dan kabupaten/kota serta rencana perbaikan pelaksanaan program intervensi di kabupaten/kota.

Dr. Juanda juga berharap adanya penguatan komitmen penurunan angka stunting oleh para Kepala Daerah, DPRD, serta para pimpinan OPD.

Serta adanya rencana kegiatan intervensi gizi terintegrasi penurunan stunting yang telah disepakati oleh lintas sector untuk dimuat dalam RKPD/Renja OPD provinsi untuk tahun berikutnya.

Sementara itu, saat dikonfirmasi melalui Whatsapp mengenai capaian penurunan stunting di Mamasa. Dr. Zain mempunyai tinjauan tidak sekedar angka kesehatan, tapi pandangannya jauh mengenai penanaman karakter positif bagi generasi muda.

Menurutnya, stunting bukan hanya masalah gizi buruk, tapi juga masalah masa depan generasi muda emas Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya kerjasama dari semua elemen masyarakat untuk menanggulanginya.

“Selain sehat secara fisik, generasi muda kita juga harus mempunyai karakter positif. Salah satunya dengan senantiasa menjaga lingkungan yang sehat, menjaga keseimbangan ekosistem tanah dan air sebagai warisan masa depan,” ungkap Zain.

Olehnya itu, Dr. Zain menekankan upaya penurunan stunting dan gizi buruk harus dilakukan dengan terus menggalakkan sosialisasi pencegahan pernikahan usia dini, pemberian gizi pada ibu hamil dan bayi 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), sosialisasi mengenai makan bergizi serta pola makan yang baik kepada masyarakat luas.

Indonesia mempunyai bonus demografi yang puncaknya akan terjadi pada tahun 2045, dimana generasi produktif diperkirakan mencapai angka 70%, sedangkan sisanya 30% merupakan penduduk yang tidak produktif.

“Generasi emas, adalah generasi yang unggul di masa depan. Dan untuk mencapainya, harus diupayakan mulai dari sekarang,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © All rights reserved. | Busur Mamasa by Tim Kreatif