23/12/2024

Busur Mamasa

The New Mamasa Bersih Melayani

KETUA TP.PKK DR. ASRIATY ALDA ZAIN PAPARKAN BUDAYA SEKSISME DI KEGIATAN PPRGTM

Dr. Asriaty Alda Zain bawakan materi di acara pelatihan dan penguatan keluarga muda berdaya yang mengangkat tema, bersama melindungi generasi muda dengan membangun keluarga aman dan tangguh (Foto Dok. Tim Kreatif)

Busur Mamasa- Kegiatan digelar di Aula Sumarorong Mamasa dilaksanakan oleh pengurus sinode persekutuan perempuan Gereja Toraja Mamasa (PPrGTM) ini dihadiri 47 Jemaat dari 5 klasis, PPrGTM Klasis Sumarorong, PPrGTM Klasis Tabone, PPrGTM Klasis Messawa, PPrGTM Klasis Malimbong dan PPrGTM Klasis Sepang.

Sebagai narasumber, Asriaty membincang soal seksisme dan pemahaman soal pembagian pekerjaan rumah. Anak-anak perempuan selalu diberikan tugas domestik seperti memasak dan bersih-bersih. Sementara, anak laki-laki biasanya diminta mengerjakan hal tugas di luar rumah, salah satunya mencuci mobil.

“Mayoritas budaya Asia, perempuan selalu diajarkan mereka harus bisa melakukan tugas domestik, seperti memasak dan bersih-bersih, mindsetnya ketika menikah dan pindah ke keluarga lain mesti bisa mengurus rumah tangga,” kata Asriaty.

Standar berbeda juga diberikan berbeda kepada anak laki-laki dan perempuan. Misalnya orang tua sering memuji anak perempuan atas penampilan fisik mereka, seolah menanamkan doktrin bahwa keindahan perempuan terletak pada penampilan saja, bukan pada kecerdasan.

“Di ruang publik, perempuan sering kali mendapat tanggapan tidak menyenangkan soal fisik seperti berat badan. Tanpa disadari, ini dapat membuat mereka membenci bentuk tubuh yang tidak ideal mereka,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Ketua TP.PKK memaparkan, banyak perempuan yang merasa tidak percaya diri, kerap kali merasa rendah diri dan sulit mengekspresikan pendapatnya. Sikap seperti ini dapat membatasi aspirasi karier dan rasa pemberdayaan potensinya.

Sehingga perempuan merasakan mentalitas beban ganda, yaitu mereka harus dapat berprestasi cemerlang secara di ranah profesional namun tetap harus mampu mengerjakan tugas-tugas domestik secara baik. Curhatan, mereka merasa tidak mendapatkan pengakuan yang setara dengan para pria, terutama di rumah.

“Sebab itu, kepada orang tua untuk membantu, memfokuskan percakapan dengan tujuan untuk memberi informasi, ketimbang melontarkan tuduhan-tuduhan emosional. Salah satu pendekatan yang baik adalah memulai dengan mendengarkan,” ucap Asriaty.

Budaya seksisme memang topik yang hangat dibincang. Kita memulai percakapan tentang peran gender di dalam rumah bukan untuk memulai pertikaian atau menyakiti orang yang kita cintai, tetapi untuk memperluas pemahaman kita tentang apa yang dapat dilakukan oleh para perempuan dan laki-laki.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Copyright © All rights reserved. | Newsphere by AF themes.