Pesan Muh. Zain di Momen Pilkada: Pegang Teguh Prinsip Leluhur Dalam Berdemokrasi
Mamasa– Mari selalu berpegang pada prinsip dan ideologi para leluhur di Mamasa. Sikamase-mase, Sitayuk, Sipakasalle, Sirande maya-maya. Mesa kada’ dipotuo, pantan kada’ dipomate. Tetap menjaga persaudaraan, saling mengasihi meski berbeda pilihan dalam berdemokrasi.
Hal tersebut disampaikan oleh Penjabat (Pj) Bupati Mamasa saat memberi sambutan di Rapat kordinasi, pemantauan, pelaporan dan evaluasi perkembangan politik kabupaten Mamasa di Tondok Bakaru, Kamis (25/9/2024).
Menyambut pemilihan kepala daerah (Pilkada) kabupaten Mamasa tahun 2024 Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) juga menghadirkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), TNI/Polri, Kejaksaan serta beberapa pimpinan OPD, aparatur desa dan pemerintah kecamatan.
Pj Bupati Mamasa menerangkan buku How politics works, the concepts visually explained, Demonstration is the path of domocracy. Demonstrasi adalah bagian dari demokrasi. Menjalankan Demokrasi, memastikan diri tidak anti kritik.
“Demonstrasi lahir dari kelompok yang ingin memberi warna dalam proses demokrasi, yang terpenting cara menjalankannya dengan adab dan bermartabat,” papar Zain.
Lebih lanjut, Zain menerangkan, bentuk lain Demokrasi adalah Pilkada serentak seluruh Indonesia. Sebab itu, dia mengimbau kepada seluruh stakeholders untuk mengawal bersama seluruh tahapan Pilkada sebaik mungkin.
“Tingkat partisipasi masyarakat mencapai angka 82 persen, itu angka tertinggi, ini adalah kerja keras semua stakeholders terutama lembaga penyelenggara (KPU dan Bawaslu). Sosialisasi bukan hanya tanggungjawab penyelenggara, tapi juga tanggungjawab kita semua,” lanjut dia.
Menurut Zain, seluruh tahapan dan hal yang terkait dengan Pilkada adalah proses demokrasi yang dibangun bersama-sama. Dimanapun dan kapanpun kita bertanggungjawab mengawal Pilkada serentak 2024 di Mamasa.
“Kita ingin, pada tanggal 27 November 2024, angka partisipasi masyarakat naik mencapai angka 90 persen, semuanya datang ke TPS untuk memilih, terutama pemilih pemula generasi milenial dan zilenial,” tandas Zain.
Juga hal penting, masih Zain, ruang berdemokrasi masyarakat selalu mencari akar-akar primordialisme, yaitu keragaman suku, budaya, tradisi, agama, ras ataupun etnik di suatu wilayah. Zain mengingatkan, agama jangan diseret masuk ke dalam politik praktis.
“Negara ini bukan negara agama, bukan juga negara sekuler, tapi negara yang menganut Demokrasi Pancasila. Agama itu sakral, agama itu wahyu, jangan ditarik ke bumi yang menurunkan kualitas nilainya, apalagi diseret sampai ke politik,” tegasnya.
Zain memohon kepada seluruh stakeholders dan lapisan masyarakat untuk selalu berpegang pada prinsip dan ideologi para leluhur di Mamasa. Sikamase-mase, Sitayuk, Sipakasalle, Sirande maya-maya. Mesa kada’ dipotuo, pantan kada’ dipomate. Tetap menjaga persaudaraan, saling mengasihi meski berbeda pilihan dalam berdemokrasi.