PIDATO DI PERTEMUAN PARA PENDETA, PJ. BUPATI MAMASA TERANGKAN DUA GONCANGAN UMAT BERAGAMA
Busur Mamasa- Penjabat (Pj) Bupati Mamasa, Dr. Muh. Zain terangkan dua goncangan umat beragama di Kegiatan pertemuan para pendeta GTM (Gereja Toraja Mamasa) tahun 2024 di Aula EMS GTM Tondok Tallu, Lingk. Tondok Tallu, Kecamatan Sumarorong, Selasa, (28/5/2024).
Pertemuan para Pendeta Gereja Toraja Mamasa Tahun 2024 mengusung tema, terwujudnya GTM yang utuh Mandiri dan Misioner, dilaksanakan mulai dari 29-31Mei 2024.
Sambutan dari atas mimbar, Dr. Muh. Zain menerangkan dua goncangan dunia yang mempengaruhi eksistensi Agama. Goncangan ini hadir seiring dengan perkembangan zaman.
Menurut pemaparan Zain, Tokoh Agama dan umat beragama, pertama mengalami guncangan psikologis, lahir pertanyaan, Does God have a future? Does Religion have a future? apakah Tuhan dan Agama punya masa depan?
Zain melanjutkan bahwa seroang Futurolog, Jhon Naisbitt, menulis buku Megatrends 2000. Di akhir bukunya ada satu bab tentang Sprituality, Yes and Organized religion, No. Meskipun manusia ada di era kecanggihan modern, namun fitrah kebertuhanan selalu ada dalam dirinya.
“Meskipun bertuhan, tapi manusia cenderung tidak mempercayai agama secara formal (Kristen protestan, Kristen katolik, Islam, Jewish, Hindu, Budha, Konghuchu dan sebagainya). Persis pemikiran Bertrand Russel, Bertuhan tanpa Agama. Nyatanya prediksi itu tidak terjadi, agama-agama di dunia masih tetap dianut,” ucap Zain di depan para Pendeta.
Tahun 2019, tambah Zain, umat beragama kembali mengalami guncangan kedua, yaitu Saat covid-19 melanda seluruh dunia. Buku Pandemic Covid-19 shakes the world oleh Slavoj Zizek menjelaskan porak porandanya dunia seperti ekonomi, politik, pendidikan. Hampir semua lini kehidupan berjalan tanpa sentuhan (jaga jarak)
Menarik, Slavoj Zizek dalam Introduction (pengantar) menulis, Noli Me Tangere yang berarti Jangan Sentuh Aku. Kalimat itu disampaikan Yesus kepada Maria Magdalena ketika Maria mengenali Yesus seusai kebangkitan.
“Lalu apa? tantangannya adalah, bukan hanya kantor dan korporasi yang tertutup, tapi juga rumah ibadah (gereja, masjid, vihara, pura dan kelenteng), sehingga tidak mudah menjelaskan agama saat ini kepada umat,” imbuhnya.
Zain mengutip Albert Einstein, Science without religion is lame, Religion without science is blind. Sains tanpa agama akan cacat, agama tanpa sains akan buta.
Namun Stephen Hawking dalam bukunya the Grand Design menyebutkan bahwa dengan nature of law, dunia tercipta dengan hukum alam yang sistematis. Bumi, antariksa, Bima sakti flora fauna. Sehingga do’a-do’a tidak dibutuhkan.
“Itu adalah kenakalan intelektual. Stephen Hawking merevisi kembali argumentasinya dalam buku A big question, hasilnya bahwa ternyata agama masih diperlukan. Agama sangat penting terutama menyelesaikan persoalan kehidupan. Sebab ada dua prinsip yang diajarkan agama yang tidak satupun aliran di dunia ini mengajarkan itu kecuali agama, yaitu doktrin dosa-pahala dan hari akhir,” lanjut Zain.
William James guru besar Harvard university menulis buku The Varietes religion experience, menjelaskan lebih mudah mencari tempat ibadah ketimbang sekolah. Artinya, naluri manusia bergama melakukan hubungan supranatural dengan penciptanya. Hampir semua tempat di seluruh dunia ada tempat berdo’a.
“Sebab itulah, kita harus mengajarkan doktrin keagamaan kepada generasi, agar mereka bisa menata kehidupannya dalam harmoni dengan alam, manusia dan Tuhan,” Zain mengakhiri pidatonya.