PUSPA MAMASA DILIRIK, PJ. GUBERNUR SULBAR UNDANG AHLI AGRONOMI DARI IPB UNTUK DISKUSI
Busur Mamasa- Berada di ketinggian 800-3000 MdPL. dengan segala keindahannya yang memukau, Kab. Mamasa laksana seorang gadis molek nan menggoda memeluk berbagai pesona.
Berbagai kekayaan hayati yang unik, khas sekaligus langka menghuni bumi Mamasa sejak dari kaki hingga puncak gunung Gandang Dewata maupun gunung Mambulilling yang berdiri megah nampak dari kota Mamasa, menjadi magnet tersendiri untuk mengunjungi kota eksotis ini.
Salah satu kekayaan yang dimiliki Kab. Mamasa adalah ratusan jenis anggrek. Sedikitnya ada 400 jenis anggrek yang terdapat di Mamasa, 200 di antaranya belum memiliki nama, lalu 7 jenis merupakan anggrek endemik Kab. Mamasa.
Potensi itulah yang kemudian diungkap oleh Pj. Bupati Mamasa, Dr. Muhammad Zain sehingga membuat Pj. Gubernur Sulbar tercengang dan mendorong Mamasa menjadikan anggrek sebagai komoditi baru yang diharapkan mampu memberikan tambahan pada PAD Kab. Mamasa ke depannya.
Menindak lanjuti potensi anggrek tersebut, Pj. Gubernur Sulawesi Barat, Dr. Bahtiar Baharuddin mengundang pakar IPB untuk sharing knowledge tentang potensi dan perlakuan terhadap anggrek melalui sebuah webinar yang dilaksanakan pada Ahad (28/7/2024).
Webinar tersebut diikuti juga oleh Sekprov Sulbar, Muhammad Idris. Pj. Bupati Mamasa, Dr, Muhammad Zain. Ahli Agronomi dan Hortikultura IPB Prof. Edi Santoso, Ketua Umum Perhorti Dosen Agronomi Hortikultura IPB Prof. Dr. Dewi Sukma. Pemerhati anggrek dan penulis buku anggrek Mamasa, Andre Bonggakaraeng. Beberapa Kepala OPD Mamasa, tim media Busur Mamasa dan berbagai stake holder yang ada di Mamasa.
“Jika Mamasa mampu mengembangkan anggrek, maka Mamasa menjadi penghasil anggrek di Indonesia, itu adalah brand baru bagi tanah air,” ungkap Pj. Gubernur Sulbar, Bahtiar Baharuddin.
Pada kesempatan itu pula, Dr. Zain mengemukakan keuntungan memelihara anggrek dengan mengutip buku Gardens for the soul karya Sara Bird.
“Selain bernilai ekonomis, merawat bunga dan anggrek bisa menyehatkan jiwa, terhubung dengan alam melalui berkebun, menciptakan ruang ketenangan dan mendukung ekosistem lokal,” ucap Zain yang memang sudah lama menjadi pecinta puspa.
“Ini juga sesuai dengan program strategis kita yaitu, program Mamasa Asri,” imbuhnya.
Sementara itu, ketika diberikan kesempatan berbicara, Andre Bonggakaraeng yang selama 8 tahun terakhir menjadi pemerhati, aktifis sekaligus pembudidaya anggrek di Mamasa mengungkapkan haru dan kegembiraannya.
“Selama 8 tahun belakangan menjadi pemerhati dan pembudidaya anggrek di Mamasa. Saya sering menerima pendapat miring dari masyarakat umum karena dianggap bahwa apa yang saya lakukan tidak prospektif. Olehnya itu, saya mengucapkan terimakasih karena ini pertama kali kami mendapatkan perhatian dari Pemda Mamasa dan Pemprov Sulbar,” papar Andre.
Dari webinar tersebut mengerucut sebuah harapan dari semua peserta bahwa dengan adanya perhatian terhadap anggrek Mamasa, ke depannya tercipta Mamasa yang tidak hanya asri tapi juga menjadi ikon baru Indonesia yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Mamasa.